Dalam kesempatan itu keduanya mengenang kembali perjalanan mereka melakukan misi kemanusiaan ke Jalur Gaza dan menceritakan bagaimana kondisi kapal saat tentara Israel melakukan penyerangan.
Mereka juga menceritakan kronologi penyerangan tentara Israel kepada para aktivis di dalam Kapal Mavi Marmara, yang mengakibatkan gugurnya sejumlah aktivis.
Namun Dr. Arief mengungkapkan, tragedi Mavi Marmara sendiri menjadi bagian dari peluang terbukanya jalan untuk pembangunan Rumas Sakit Indonesia di Gaza.
Pada 31 Mei 2010, Kapal Mavi Marmara yang membawa 10 ribu ton bantuan berupa makanan, obat-obatan, material konstruksi, kursi roda, dan lainnya ke wilayah yang puluhan tahun menderita akibat blokade yaitu Gaza, Palestina, dicegat dan diserang oleh tentara Zionis Israel.
Tepatnya di Laut Tengah, serbuan dari laut dan udara oleh tentara Zionis mengoyak kedamaian perjalanan para aktivis kemanusiaan yang sedang berjuang membawa misi kemanusiaan.
Beberapa laporan menyebutkan bahwa terdapat 9 korban tewas dan 60 korban luka dari pihak aktivis, serta 10 korban luka dari pihak AL Israel.
Sumber : Mi’raj News Agency (MINA)