Imaam Yakhsyallah: Tahajud Kunci Kemenangan Dalam Pembebasan Al Aqsa
Bogor – Imaamul Muslimin Yakhsyallah Mansur mengatakan, salat tahajud adalah kunci kemenangan umat Islam dalam melawan musuh-musuhnya, termasuk dalam pembebasan masjidil Aqsa di Palestina.
“Para peniti malam (ahli tahajud) itu adalah pasukan berkuda yang handal pada siang harinya. Pasukan berkuda tidak akan menang melawan musuhnya selama ia tidak menjadi peniti malam,” kata Yakhsyallah saat Apel rutin setelah libur Idul Fitri 1442 H di Masjid At-Taqwa, Cileungsi, Bogor, Ahad (23/5).
Beliau menyampaikan bagaimana para pembebas Masjidil Aqsa di Palestina tidak lepas dari kedekatan kepada Allah dengan shalat malamnya.
Imaam kisahkan sebagimana Ibnu Katsir dalam al-Bidayah wa an-Nihayah, Pasukan Salib memberikan komentar tentang Nuruddin Zanki, komandan pasukan Islam dalam merebut Masjidil Aqsha, sebelum Shalahuddin Al-Ayyubi mengatakan: “Al-Qasim bin Al-Qasim (yang dimaksudkan adalah Nuruddin Zanki) memiliki hubungan rahasia dengan Tuhannya. Ia mengalahkan kita tidak dengan pasukan dan tentara yang banyak, tetapi ia mengalahkan kita dengan doa dan shalat malam. Ia selalu mengerjakan shalat malam dan mengangkat tangannya kepada Tuhannya untuk berdoa. Tuhannya menjawab dan memberikan permintaannya sehingga Nuruddin dapat mengalahkan kita.”
Renungkanlah tambah Imaam, Bagaimana orang kafir mengetahui rahasia ini, sementara orang-orang Islam sekarang ini banyak yang tidak mengetahuinya. Mereka mencari kemuliaan, pertolongan dan mencari kedudukan tapi mengabaikan taat kepada Tuhan.
Shalahuddin al-Ayyubi menurut Imaam, yang menjadi murid Nuruddin yang juga berjihad juga melakukan hal yang sama. Al-Qadhi Bahauddin mengatakan: Ketika Shalahuddin mendengar bahwa musuh telah mendekat dan pertempuran pada peperangan melawan pasukan Salib akan segera dimulai, ia semalaman bersedih hati sambil memikirkan nasib kaum Muslimin. Ia melaksanakan shalat tahajjud dan berdoa dalam sujudnya dengan mengatakan: “Ya Tuhan, sumber-sumber alam telah terputus untuk menolong (mempertahankan) agama-Mu. Yang tertinggal padaku hanyalah berdiam dan menunggu pertolongan-Mu, memegang teguh tali Mu dan bergantung pada anugerah-Mu. Cukuplah Engkau menjadi Penolongku dan Engkau adalah sebaik baik Penolong.”
Al-Qadhi Bahauddin mengatakan:”Aku melihat dia sujud dan air matanya mengalir di atas ubannya. Kemudian mengalir di atas tempat sujudnya dan aku tidak mendengar apa yang diucapkan. Keesokan harinya sebelum sore dia telah mendapat khabar kemenangan orang-orang Islam melawan musuh.”
Akhirnya Masjidil Aqsha kembali ke tangan umat Islam pada Jum’at, 27 Rajab 583 H/2 Oktober 1187 M.
Imaam menjelaskan, orang yang bangun pada malam hari untuk bermunajat kepada Allah Subhanahu wa Taala, mereka merendahkan diri di hadapan-Nya, memohon pertolongan kepada-Nya, dan memohon kedudukan yang tinggi di bumi, adalah orang yang berhak mendapatkan pertolongan dari Allah. Maka mereka diberi kekuatan oleh Allah dalam perjuangannya pada siang harinya.
“Qiyamul Lail adalah kunci kemenangan melawan musuh. Ini adalah pemahaman dan kebiasaan orang-orang saleh terdahulu. Seharusnya kita juga melakukan hal yang sama dengan mereka,” tegas Yakhsyallah.
Karena itu, shalat malam adalah metode yang paling utama apabila kita menginginkan kemenangan dan mendapatkan kedudukan yang mulia di hadapan Allah dan umat manusia.
“Rasulullah Shallahu Alaihi Wasalam sebagai penghulu bagi para mujahid, dan imam bagi para pemimpin telah membimbing kita melakukan ajaran dasar ini dengan bangun pada malam harinya untuk melaksanakan Salat Tahajud,” kata Imaam Yakhsyallah.
Salat Tahajud ini juga dilakukan oleh para sahabat ketika mereka berjihad melawan orang-orang kafir dan membebaskan negeri-negeri dan kota-kota. Kemenangan mereka dalam menaklukkan negeri-negeri tersebut telah merendahkan musuh-musuh Islam.
Apel langsung dipimpin oleh Imaamul Muslimin Yakhsyallah Mansur dan hadir juga dari berbagai unsur Markas 1, Maktab Aam, Kantor Berita MINA, AWG, UAR, Mae_C dan Tarbiyah.
Dalam apel tersebut terkumpul infaq untuk Al-Aqsa sebesar 6,1 juta rupiah beserta perhiasan yang diserahkan langsung oleh Imaamul Muslimin ke Lembaga yang konsen kepada Palestina Aqsa Working Group (AWG).