KEUTAMAAN PUASA


Oleh: M. Amin Nuroni, S.Sos.*

Dari Abu Hurairah RA berkata, Rasulullah Shalallahu A’laihi Wasallam bersabda,

كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلاَّ الصِّيَامَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ وَالصِّيَامُ جُنَّةٌ وَإِذَا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ أَحَدِكُمْ فَلاَ يَرْفُثْ وَلاَ يَصْخَبْ فَإِنْ سَابَّهُ أَحَدٌ أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّي امْرُؤٌ صَائِمٌ وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَخُلُوفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ يَفْرَحُهُمَا إِذَا أَفْطَرَ فَرِحَ وَإِذَا لَقِيَ رَبَّهُ فَرِحَ بِصَوْمِهِ

“Setiap amal anak Adam adalah untuk dirinya sendiri kecuali puasa. Sesungguhnya puasa itu untuk-Ku dan Aku akan memberikan pahala atasnya. Puasa itu adalah perisai, maka pada saat puasa hendaknya seseorang di antara kalian tidak melakukan rafats (bersenggama atau berbicara kotor) dan tidak juga membuat kegaduhan. Jika ada oang yang mencacinya atau menyerangnya maka hendaklah dia mengatakan, ‘Sesungguhnya aku sedang puasa’. Demi (Allah) yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, sesungguhnya bau mulut orang yang puasa lebih harum di sisi Allah daripada minyak kasturi. Orang yang puasa akan mendapatkan dua kegembiraan: kegembiraan ketika berbuka dan kegembiraan ketika berjumpa dengan Rabbnya. Gembira karena puasanya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Dalam riwayat Muslim disebutkan, “Setiap amal anak Adam akan dibalas dengan berlipat ganda, kebaikan itu dibalas dengan sepuluh kali lipat bahkan sampai tujuh ratus kali lipat. Allah berfirman, ‘Kecuali puasa, sesungguhnya puasa itu untuk-Ku dan Aku akan membalasnya. Dia meninggalkan nafsu syahwat dan makanan demi diri-Ku, dan orang yang puasa memiliki dua kegembiraan saat berbuka dan kegembiraan ketika berjumpa dengan Rabbnya, dan bau mulut orang yang puasa itu lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak misik (kasturi).”
Dalam hadits ini Ibnu Hajar Al Asqolani menguraikan terkait keutamaan puasa, diantaranya:

1. الصِّيَامَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ , “Puasa itu untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya”,
Para ulama berbeda pendapat diantaranya:

a. Di dalam puasa tidak ada unsur riya sebagaimana terjadi pada ibadah yang lain.
Abu Ubaid berkata bahwa seluruh amal baik itu adalah untuk Allah dan Dialah yang akan membalasnya.
Dalam hal ini puasa dikhususkan karena ibadah itu tidak terlihat oleh seseorang dan merupakan ibadah hati.
Ibnu Jauzi berkata, “Semua ibadah pelaksanaannya dapat di lihat dan sedikit sekali yang tidak terkotori oleh sesuatu, berbeda dengan puasa sehingga hadist di katakana orang yang berpuasa meninggalkan makan, minum, syahwat karena semata-mata untuk-Ku (Allah)

b. Maksud وَأَنَا أَجْزِي بِهِ artinya hanya Akulah yang mengetahui besarnya balasan orang tersebut dan berapa banyak kebaikannya di lipatgandakan.

Sejalan dengan hadits dalam riwayat Muslim,

كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعمِائَة ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلَّا الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ

“Semua amalan bani Adam akan dilipatgandakan, kebaikan dibalas dengan sepuluh kali lipat yang semisal dengannya, sampai tujuh ratus kali lipat. Allah Ta’ala berfirman: “Kecuali puasa, karena puasa itu untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya…”

c. Puasa adalah ibadah yang paling aku cintai dan yang akan didahulukan di sisiku.

d. Penyendaran (idhofah) dalam redaksi ini sebagai tasyrif (kemulyaan) dan ta’zhim (keagungan)

e. Puasa itu murni hanya untuk Allah dan tidak satupun bagian dari ibadah tersebut yang ditujukan kepada sesama hamba.

2. وَالصِّيَامُ جُنَّةٌ , Puasa adalah pelindung.

Dalam riwayat lain maksud dari puasa adalah pelindung, yaitu pelindung dari api neraka. Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasalam bersabda;

إِنَّمَا الصِّيَامُ جُنَّةٌ يَسْتَجِنُّ بِهَا الْعَبْدُ مِنَ النَّارِ

”Puasa adalah perisai yang dapat melindungi seorang hamba dari siksa neraka” (H.R. Ahmad, shahih).

Dapat juga bermakna “Puasa adalah perisai, layaknya perisai yang dipergunakan untuk melindungi dari pukulan ketika peperangan.” (HR. An-Nasai dari Aisyah).

Riwayat lain menjelaskan “Puasa adalah pelindung selama ia (orang yang berpuasa) tidak merusaknya” (HR. Ahmad dari Abu Ubaidah bin Jarrah)
Jadi makna puasa menjadi pelindung adalah ia melindungi orang berpuasa dari syahwat yang akan mengganggunya. Sesuai dengan hadits Bukhari,

بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ

“Hendaklah puasa karena puasa merupakan wijaa’ (pemutus syahwat) baginya” (HR. Bukhari)

Karena puasa itu adalah perisai, maka pada saat puasa hendaknya seseorang di antara kalian tidak melakukan rafats (bersenggama atau berbicara kotor) dan tidak juga membuat kegaduhan. Jika ada orang yang mencacinya atau menyerangnya maka hendaklah dia mengatakan, ‘Sesungguhnya aku sedang puasa’.

3. لَخُلُوفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ , Sesungguhnya bau mulut orang yang puasa lebih harum di sisi Allah daripada minyak kasturi.

Makna لَخُلُوفُ فَمِ, adalah perubahan bau mulut orang yang sedang berpuasa karena puasanya lebih harum di sisi Allah dari pada bau minyak kesturi.
Ini merupakan keutamaan puasa dimana Rasululllah dalam mengungkapkannya dengan bersumpah untuk menguatkan keutamaan orang yang sedang berpuasa.

Imam Al Maziri berkata, terkait ini berpendapat;

a. Kalimat majas, artinya bau-bau wangi itu dekat dengan hati. Sehingga maknanya ‘puasa’ itu menunjukan kedekatan dengan Allah

b. Ada juga yang berpendapat, “Penilaian di sisi Allah terhadap bau mulut dan bau minyak kesturi bertolak belakang dengan penilaian manusia.

c. An Nawawi berkata ‘lebih baik’ dimaknai dengan diterima dan di ridhoi

d. Al Qadhi Husain berkata bahwa pada hari kiamat setiap perbuatan taat akan menebarkan bau, dan aroma ibadah puasa di antara ibadah lainnya pada hari kiamat seperti bau kesturi.

e. Begitupula Al Husain bin Sufyan, Imam Baihaqi berkata dari hadits-hadis yang diriwayatkan oleh Jabir “sesungguhnya bau mulut mereka ketika memasuki sore hari lebih harum di sisi Allah dari pada wangi minyak kesturi,”

f. Sedangkan Al Khothabi berkata “lebih harum” adalah lebih suci dan lebih dekat kepada Allah Subahanahu Wa Ta’ala.

Mendapat dua kegembiraan

Bagi orang yang berpuasa dalam hadis ini disebutkan akan mendapat dua kegembiraan, yaitu kegembiraan ketika berbuka dan kegembiraan ketika berjumpa dengan Rabbnya. Karena puasa adalah kemauan yang kuat untuk meraih kecintaan Allah, pengabaian rasa lapar, haus, dan malas yang mesti terjadi dalam pelaksanaan ibadah puasa.

Dalam Marqatul Mafatih dijelaskan, dua kegembiraan itu meliputi di dunia dan di akhirat. Pertama, kegembiraan saat berbuka karena telah terbebas dari tanggungan perintah Allah atau sebab mendapatkan pertolongan dapat menyempurnakan puasa atau sebab dapat makan dan minum sesudah menahan lapar dan dahaga atau sebab meraih pahala yang diharapkan. Kedua, kegembiraan saat bertemu Rabbnya sebab mendapatkan balasan amal puasa, mendapatkan pujian, atau keberuntungan dapat berjumpa dengan Allah dan dimasukannya ke surga melalui pintu Ar-Royyaan.

Rasulullah Shalallahu A’laihi Wasalam bersabda;

إِنَّ فِى الْجَنَّةِ بَابًا يُقَالُ لَهُ الرَّيَّانُ ، يَدْخُلُ مِنْهُ الصَّائِمُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ، لاَ يَدْخُلُ مِنْهُ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ، يُقَالُ أَيْنَ الصَّائِمُونَ فَيَقُومُونَ ، لاَ يَدْخُلُ مِنْهُ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ ، فَإِذَا دَخَلُوا أُغْلِقَ ، فَلَمْ يَدْخُلْ مِنْهُ أَحَدٌ

“Sesungguhnya di surga ada sebuah pintu yang bernama Ar-Royyaan. Pada hari kiamat orang-orang yang berpuasa akan masuk surga melalui pintu tersebut dan tidak ada seorang pun yang masuk melalui pintu tersebut kecuali mereka. Dikatakan kepada mereka,’Di mana orang-orang yang berpuasa?’ Maka orang-orang yang berpuasa pun berdiri dan tidak ada seorang pun yang masuk melalui pintu tersebut kecuali mereka. Jika mereka sudah masuk, pintu tersebut ditutup dan tidak ada lagi seorang pun yang masuk melalui pintu tersebut.”(HR. Bukhari dan Muslim)

Wallahu a’lam.

*Amir Majelis Ta’lim dan Tadrib Pusat (MTTP)
Jama’ah Muslimin (Hizbullah)

Mungkin Anda juga menyukai