Ka’bah Sebagai Pemersatu Umat

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
KA’BAH SEBAGAI PEMERSATU UMAT
Oleh: Imaamul Muslimin KH. Yakhsyallah Mansur

Firman Allah :

جَعَلَ اللَّهُ الْكَعْبَةَ الْبَيْتَ الْحَرَامَ قِيَامًا لِّلنَّاسِ وَالشَّهْرَ الْحَرَامَ وَالْهَدْيَ وَالْقَلَائِدَ ۚ ذَٰلِكَ لِتَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَأَنَّ اللَّهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ (المائدة [٥]: ٩٧)

“Allah telah menjadikan Ka‘bah rumah suci tempat manusia berkumpul. Demikian pula bulan haram, hadyu dan qala’id. Yang demikian itu agar kamu mengetahui, bahwa Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi, dan bahwa Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (Q.S. Al-Maidah [5]: 97)

Ka’bah menurut bahasa berarti kubus atau sesuatu yang menonjol keluar atau ke atas. Oleh karena itu maka kaki disebut Ka’bun karena berupa tulang kaki yang menonjol keluar.

Bangunan ka’bah (segi empat) ini disebut juga Baitulharam (rumah suci), Baitullah (rumah Allah) dan Baitulaliq (rumah kuno).

Tidak ada petunjuk Al-Quran dan As-Sunnah, kapan Ka’bah pertama kali dibangun dan oleh siapa? Dalam Al-Quran hanya disebutkan bahwa Ka’bah direnovasi oleh Nabi Ibrahim , dan Nabi Ismail .

Allah berfirman:

وَإِذْ يَرْفَعُ إِبْرَاهِيمُ الْقَوَاعِدَ مِنَ الْبَيْتِ وَإِسْمَاعِيلُ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا ۖ إِنَّكَ أَنتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ (البقرة [٢]: ١٢٧)

Dan (ingatlah) ketika Ibrahim meninggikan pondasi Baitullah bersama Ismail, (seraya berdoa), “Ya Tuhan kami, terimalah (amal) dari kami. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui. (Q.S. Al-Baqarah [2]: 127)
Pada ayat di atas Allah menjelaskan kemuliaaan Ka’bah antara lain:

Pertama. Mengisyaratkan bahwa Ka’bah merupakan tempat yang penting bagi manusia. Ia merupakan tonggak cahaya dari pusat bumi (Umul-Qura’a) hingga Sidratul Muntaha.

Setiap waktunya, manusia dan Jin yang mempunyai kalbu yang suci, baik yang dapat dilihat maupun tidak, senantiasa ingin mendatangi Ka’bah untuk beribadah di sana.

Karena itu dapat dikatakan bahwa Ka’bah adalah ibarat Sidratul Muntaha di muka bumi yang dijadikan Allah sebagai pusat untuk menyembah-Nya. Ka’bah adalah tempat yang penuh ketenangan dan tempat untuk memusatkan keseimbangan dunia dan akhirat.

Perlu diketahui bahwa jika tidak ada Ka’bah pasti segala sesuatu akan hilang nilainya sebagaimana disebutkan dalam hadits: “Bahwa jika Ka’bah kelak telah dihancurkan oleh manusia maka itulah salah satu dari sejumlah tanda akan datangnya hari kiamat.” (H.R. Muslim)

Maksud Hadits ini adalah jika Ka’bah telah tiada maka penduduk bumi tidak dapat lagi berhubungan dengan penduduk langit. Selama dunia tidak lagi berhubungan dengan langit maka kehidupan akan berakhir. Maka dapat disimpulkan bahwa Ka’bah merupakan salah satu pokok untuk keberadaan dunia. Jika Ka’bah lenyap, maka lenyaplah seluruh kehidupan di alam semesta.

Kedua. Manusia dapat menghidupkan keislamannya secara individu, tetapi hidup seperti ini tidak dikehendaki Allah karena kehidupan Islam hanya dikehandaki secara berjama’ah.

Allah berfirman:

وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا ۚ وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنتُمْ عَلَىٰ شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ النَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنْهَا ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ (ال عمران [٣]: ١٠٣)

“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah seraya berjama’ah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hati-mu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” (Q.S. Ali Imran [3]: 103)

Nabi bersabda:

عَنْ عَبْدُ اللَّهِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ، قَالَ رَسُوْلَ اللَّهِ ﷺ: يَدُ اللَّهِ مَعَ الْجَمَاعَةِ. (رواه البخاري)

“Dari Abdullah bin Umar , Rasulullah bersabda, “Tangan Allah bersama Al-Jama’ah.” (H.R. Al-Al-Bukhari)
Umar bin Khaththab berkata: “Sementara itu Ka’bah dijadikan sebagai pusat atau titik sentral dalam beribadah. Ka’bah merupakan kiblat bagi seluruh umat Islam dalam shalat dan tempat berkumpulnya jutaan umat Islam dalam haji dan umrah sehingga kedua ibadah ini dapat menyatukan, menguatkan dan menjaga keimanan, umat Islam untuk bersatu.

Andaikata seluruh umat Islam yang melaksanakan shalat, mengerjakan ibadah haji dan umroh mempunyai perasaan seperti di atas, niscaya fungsi Ka’bah yang dijadikan oleh Allah untuk mempersatukan umat Islam pasti akan terwujud.

Ketiga. Ka’bah merupakan tempat yang dapat mempersatukan pendangan umat Islam secara maknawiyah. Karena setiap Muslim yang datang ke sana, maka dia akan dapat menyatukan ribuan orang Islam yang berbeda-beda karakter, pemahaman, fisik, bahasa dan sebagainya.

Di hadapan Ka’bah, semua perbedaan itu disebar dan yang ada hanya satu yaitu kesamaan sebagai hamba Allah . Dengan kesamaan ini, perasaan mereka menjadi kurang dan hilang segala perselisihan.

Keempat. Ka’bah dapat menyabarkan hati dan memberikan kesadaran untuk meningkatkan atau memajukan taraf hidup umat Islam karena ketika orang kaya berkumpul dengan orang miskin maka terketuk untuk mengangkat taraf hidup mereka.

esadaran ini muncul sebagai buah keimanan yang menekankan solidaritas dan kebersamaan, sebagaimana sabda Rasullullah :

لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ (رواه البخاري ومسلم)

“Tidak sempurna keimanan salah seorang dari kalian sampai dia mencintai (kebaikan) untuk saudaranya sesuatu yang dia cintai untuk dirinya”. (H.R. Al-Bukhari dan Muslim)

Dengan demikian, Ka’bah selalu akan menimbulkan persona, obat dan keteguhan iman bagi orang-orang yang beriman. Oleh karena itu orang-orang yang beriman yang menghadap ke arahnya. Jika shalat dan berkumpul di dekatnya pada waktu haji dan umrah, hendaknya dapat menjaga kemuliaan dan fungsinya sehingga Allah memberikan berkah dan kebaikan kepada umat Islam lewat Ka’bah-Nya yang mulia.

Semoga Ka’bah tidak kehilangan fungsi dan kemuliaannya seperti yang dikisahkan oleh salah seorang murid Imam Rabbani: “Aku sedang thawaf, tiba-tiba aku menyaksikan Ka’bah naik ke langit untuk mengadu kepada Allah bahwa di sekitarnya tidak ada lagi orang yang beribadah atau thawaf maka aku memegang salah satu kelambunya dan aku memohon kepada Allah agar dia segera kembali.

Semoga kemuliaan dan fungsi Ka’bah segera kembali sehingga kondisi umat yang sedang memprihatinkan ini dapat kembali berjaya sebagaimana yang pernah terwujud di masa Rasulullah , dan para sahabatnya yang dilanjutkan generasi sesudahnya yang konsisten dengan ajarannya.

Mungkin Anda juga menyukai