Persatuan Umat Dalam Perspektif Al-Qur’an Dan As-Sunnah


PERSATUAN UMAT DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN DAN AS-SUNNAH
Oleh: Imaamul Muslimin KH. 
Yakhsyallah Mansur

 

I. Anjuran Al-Qur’an untuk Menjaga Persatuan dan Menghindari Perpecahan

  1. Q.S. Ali Imran [3]: 19

إِنَّ الدِّينَ عِندَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ ۗ وَمَا اخْتَلَفَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ إِلَّا مِن بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ ۗ وَمَن يَكْفُرْ بِآيَاتِ اللَّهِ فَإِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ.

Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam. Tidaklah berselisih orang-orang yang telah diberi Kitab kecuali setelah mereka memperoleh ilmu, karena kedengkian di antara mereka. Barangsiapa ingkar terhadap ayat-ayat Allah, maka sungguh, Allah sangat cepat perhitungan-Nya.

  1. Q.S. Ali Imran [3]: 103

وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا ۚ وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنتُمْ عَلَىٰ شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ النَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنْهَا ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ.

Dan berpegangteguhlah kalian pada tali (agama) Allah seraya berjama’ah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliah) bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara, sedangkan (ketika itu) kamu berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari sana. Demikianlah, Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk.

  1. Q.S. Ali Imran [3]: 105

وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ تَفَرَّقُوا وَاخْتَلَفُوا مِن بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْبَيِّنَاتُ ۚ وَأُولَٰئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ.

Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang bercerai berai dan berselisih setelah sampai kepada mereka keterangan yang jelas. Dan Mereka itulah orang-orang yang mendapat azab yang berat,

  1. Q.S. Al-An’am [6]: 65

قُلْ هُوَ الْقَادِرُ عَلَىٰ أَن يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عَذَابًا مِّن فَوْقِكُمْ أَوْ مِن تَحْتِ أَرْجُلِكُمْ أَوْ يَلْبِسَكُمْ شِيَعًا وَيُذِيقَ بَعْضَكُم بَأْسَ بَعْضٍ ۗ انظُرْ كَيْفَ نُصَرِّفُ الْآيَاتِ لَعَلَّهُمْ يَفْقَهُونَ.

“Katakanlah (Muhammad), “Dialah yang berkuasa mengirimkan azab kepadamu, dari atas atau dari bawah kakimu atau Dia mencampurkan kamu dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan merasakan kepada sebagian kamu keganasan sebagian yang lain.” Perhatikanlah, bagaimana Kami menjelaskan berulang-ulang tanda-tanda (kekuasaan Kami) agar mereka memahami(nya).”

  1. Q.S. Al-An’am [6]: 153

وَأَنَّ هَٰذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ ۖ وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَن سَبِيلِهِ ۚ ذَٰلِكُمْ وَصَّاكُم بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ.

Dan sungguh, inilah jalan-Ku yang lurus. Maka ikutilah! Jangan kamu ikuti jalan-jalan (yang lain) yang akan mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Demikianlah Dia memerintahkan kepadamu agar kamu bertakwa.

  1. Q.S. Al-An’am [6]: 159

إِنَّ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا لَّسْتَ مِنْهُمْ فِي شَيْءٍ ۚ إِنَّمَا أَمْرُهُمْ إِلَى اللَّهِ ثُمَّ يُنَبِّئُهُم بِمَا كَانُوا يَفْعَلُونَ.

Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agamanya dan mereka menjadi (terpecah) dalam golongan-golongan, sedikit pun bukan tanggung jawabmu (Muhammad) atas mereka. Sesungguhnya urusan mereka (terserah) kepada Allah. Kemudian Dia akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka perbuat.

  1. Q.S. Al-Anfal [8]: 1

يَسْأَلُونَكَ عَنِ الْأَنفَالِ ۖ قُلِ الْأَنفَالُ لِلَّهِ وَالرَّسُولِ ۖ فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَصْلِحُوا ذَاتَ بَيْنِكُمْ ۖ وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ.

Mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang (pembagian) harta rampasan perang. Katakanlah, “Harta rampasan perang itu milik Allah dan Rasul (menurut ketentuan Allah dan Rasul-Nya), maka bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah hubungan di antara sesamamu, dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya jika kamu orang-orang yang beriman.”

  1. Q.S. Al-Anfal [8]: 46

وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَا تَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ ۖ وَاصْبِرُوا ۚ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ.

Dan taatilah Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berselisih, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan kekuatanmu hilang dan bersabarlah. Sungguh, Allah beserta orang-orang sabar.

  1. Q.S. Al-Anfal [8]: 62-63

وَإِن يُرِيدُوا أَن يَخْدَعُوكَ فَإِنَّ حَسْبَكَ اللَّهُ ۚ هُوَ الَّذِي أَيَّدَكَ بِنَصْرِهِ وَبِالْمُؤْمِنِينَ. وَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ ۚ لَوْ أَنفَقْتَ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا مَّا أَلَّفْتَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ أَلَّفَ بَيْنَهُمْ ۚ إِنَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ.

Dan jika mereka hendak menipumu, maka sesungguhnya cukuplah Allah (menjadi pelindung) bagimu. Dialah yang memberikan kekuatan kepadamu dengan pertolongan-Nya dan dengan (dukungan) orang-orang mukmin, dan Dia (Allah) yang mempersatukan hati mereka (orang yang beriman). Walaupun kamu menginfakkan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sungguh, Dia Mahaperkasa, Mahabijaksana.

  1. Q.S. Al-Anfal [8]: 73

وَالَّذِينَ كَفَرُوا بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ ۚ إِلَّا تَفْعَلُوهُ تَكُن فِتْنَةٌ فِي الْأَرْضِ وَفَسَادٌ كَبِيرٌ .

Dan orang-orang yang kafir, sebagian mereka melindungi sebagian yang lain. Jika kamu tidak melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah (saling melindungi), niscaya akan terjadi kekacauan di bumi dan kerusakan yang besar.

  1. Q.S. At-Taubah [9]: 71

وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ ۚ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَيُطِيعُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ ۚ أُولَٰئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ اللَّهُ ۗ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ.

Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, melaksanakan shalat, menunaikan zakat, dan taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka akan diberi rahmat oleh Allah. Sungguh, Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana.

  1. Q.S. Hud [11]: 118-119

وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ لَجَعَلَ النَّاسَ أُمَّةً وَاحِدَةً ۖ وَلَا يَزَالُونَ مُخْتَلِفِينَ. إِلَّا مَن رَّحِمَ رَبُّكَ ۚ وَلِذَٰلِكَ خَلَقَهُمْ ۗ وَتَمَّتْ كَلِمَةُ رَبِّكَ لَأَمْلَأَنَّ جَهَنَّمَ مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ.

Dan jika Tuhanmu menghendaki, tentu Dia jadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih (pendapat), kecuali orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu. Dan untuk itulah Allah menciptakan mereka. Kalimat (keputusan) Tuhanmu telah tetap, “Aku pasti akan memenuhi neraka Jahanam dengan jin dan manusia (yang durhaka) semuanya.”

  1. Q.S. Al-Anbiya [21]: 92-93

إِنَّ هَٰذِهِ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَأَنَا رَبُّكُمْ فَاعْبُدُونِ. وَتَقَطَّعُوا أَمْرَهُم بَيْنَهُمْ ۖ كُلٌّ إِلَيْنَا رَاجِعُونَ.

Sungguh, (agama tauhid) inilah agama kamu, agama yang satu, dan Aku adalah Tuhanmu, maka sembahlah Aku. Tetapi mereka terpecah belah dalam urusan (agama) mereka di antara mereka. Masing-masing (golongan itu semua) akan kembali kepada Kami.

  1. Q.S. Al-Mu’minun [23]: 52-53

وَإِنَّ هَٰذِهِ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَأَنَا رَبُّكُمْ فَاتَّقُونِ. فَتَقَطَّعُوا أَمْرَهُم بَيْنَهُمْ زُبُرًا ۖ كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ.

“Dan sungguh, (agama tauhid) inilah agama kamu, agama yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, maka bertakwalah kepada-Ku.” Kemudian mereka terpecah belah dalam urusan (agama)nya menjadi beberapa golongan. Setiap golongan (merasa) bangga dengan apa yang ada pada mereka (masing-masing).”

  1. Q.S. Ar-Rum [30]: 30-32

فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا ۚ فِطْرَتَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا ۚ لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ۚ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ. مُنِيبِينَ إِلَيْهِ وَاتَّقُوهُ وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَلَا تَكُونُوا مِنَ الْمُشْرِكِينَ. مِنَ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا ۖ كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ.

Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam); (sesuai) fitrah Allah disebabkan Dia telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui, dengan kembali bertobat kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta laksanakanlah shalat dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah, yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Setiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.

  1. Q.S. Asy-Syura [42]: 13

شَرَعَ لَكُم مِّنَ الدِّينِ مَا وَصَّىٰ بِهِ نُوحًا وَالَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَىٰ وَعِيسَىٰ ۖ أَنْ أَقِيمُوا الدِّينَ وَلَا تَتَفَرَّقُوا فِيهِ ۚ كَبُرَ عَلَى الْمُشْرِكِينَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَيْهِ ۚ اللَّهُ يَجْتَبِي إِلَيْهِ مَن يَشَاءُ وَيَهْدِي إِلَيْهِ مَن يُنِيبُ.

Dia (Allah) telah mensyariatkan kepadamu agama yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu (Muhammad) dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu tegakkanlah agama (keimanan dan ketakwaan) dan janganlah kamu berpecah belah di dalamnya. Sangat berat bagi orang-orang musyrik (untuk mengikuti) agama yang kamu serukan kepada mereka. Allah memilih orang yang Dia kehendaki kepada agama tauhid dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya bagi orang yang kembali (kepada-Nya).

  1. Q.S. Al-Hujurat [49]: 9

وَإِن طَائِفَتَانِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ اقْتَتَلُوا فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا ۖ فَإِن بَغَتْ إِحْدَاهُمَا عَلَى الْأُخْرَىٰ فَقَاتِلُوا الَّتِي تَبْغِي حَتَّىٰ تَفِيءَ إِلَىٰ أَمْرِ اللَّهِ ۚ فَإِن فَاءَتْ فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا بِالْعَدْلِ وَأَقْسِطُوا ۖ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ.

Dan apabila ada dua golongan orang-orang mukmin berperang, maka damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari keduanya berbuat zhalim terhadap (golongan) yang lain, maka perangilah (golongan) yang berbuat zhalim itu, sehingga golongan itu kembali kepada perintah Allah. Jika golongan itu telah kembali (kepada perintah Allah), maka damaikanlah antara keduanya dengan adil, dan berlakulah adil. Sungguh, Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil.

  1. Q.S. Al-Hujurat [49]: 10

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ.

Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat.

  1. Q.S. Al-Hujurat [49]: 13

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ.

Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti.

II. Anjuran As-Sunnah Untuk Menjaga Persatuan dan Menghindari Perpecahan

  1. Muttafaq Alaih dari Abu Hurairah

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ  عَنِ النَّبِيِّ ﷺ يَقُوْلُ: مَنْ خَرَجَ مِنَ الطَّاعَةِ وَفَارَقَ الْجَمَاعَةِ، فَمَاتَ فَمِيْتَتَهُ جَاهِلِيّةِ.

Dari Abu Hurairah , dari Nabi  bersabda:  “Barangsiapa yang keluar dari ketaatan dan meninggalkan jamaah (jama’atul muslimin) lalu meninggal dunia dalam kondisi seperti itu maka dia meninggal dalam kondisi Jahiliyyah.”

  1. Muttafaq Alaih dari Jundab bin Abdullah

وَعَنْ جُنْدَبٍ عَنِ النَّبِيِّ قَالَ: إِقْرَءُوا الْقُرْآنَ، مَا ائْتَلَفَتْ قُلُوبُكُمْ. فَإِذَا اخْتَلَفْتُمْ فِيْهِ، فَقُومُوا عَنْهُ.

Dari Jundab bin Abdullah , ia berkata: dari Nabi  bersabda,
“Bacalah Al Qur`an,
selama bacaan itu menyatukan hati kalian, tetapi jika kalian berselisih tentangnya, maka hentikanlah.”

  1. H.R. Bukhari dan Muslim dari Hudzaifah bin Yaman

عَنْ حُذَيْفَةَ بْنِ الْيَمَانِ  قَالَ: كَانَ النَّاسُ يَسْأَلُوْنَ رَسُوْلَ اللَّهِ ﷺ عَنِ الْخَيْرِ ، وَكُنْتُ أَسْأَلُهُ عَنِ الشَّرِّ ، مَخَافَةَ أَنْ يُدْرِكَنِي. فَقُلْتُ: يَا رَسُوْلَ اللَّهِ، إِنَّا كُنَّا فِي جَاهِلِيَّةٍ وَشَرٍّ ، فَجَآءَنَا اللَّهُ بِهَذَا الْخَيْرِ ، فَهَلْ بَعْدَ هَذَا الْخَيْرِ مِنْ شَرٍّ ؟ قَالَ: نَعَمْ. قُلْتُ: وَهَلْ بَعْدَ ذَلِكَ الشَّرِّ مِنْ خَيْرٍ؟ قَالَ: نَعَمْ، وَفِيْهِ دُخَنٌ. قُلْتُ: وَمَا دُخَنُهُ؟ قَالَ: قَوْمٌ يَهْدُوْنَ بِغَيْرِ هَدْيِي، تَعْرِفُ مِنْهُمْ وَتُنْكِرُ. قُلْتُ: فَهَلْ بَعْدَ ذَلِكَ الْخَيْرِ مِنْ شَرٍّ؟ قَالَ: نَعَمْ، دُعَاةٌ إِلَى أَبْوَابِ جَهَنَّمَ مَنْ أَجَابَهُمْ إِلَيْهَا قَذَفُوْهُ فِيْهَا. قُلْتُ: يَا رَسُوْلَ اللَّهِ صِفْهُمْ لَنَا. فَقَالَ: هُمْ مِنْ جِلْدَتِنَا وَيَتَكَلَّمُوْنَ بِأَلْسِنَتِنَا. قُلْتُ: فَمَا تَأْمُرُنِي إِنْ أَدْرَكَنِي ذَلِكَ؟ قَالَ: تَلْزَمُ جَمَاعَةَ الْـمُسْلِمِيْنَ وَإِمَامَهُمْ. قُلْتُ: فَإِنْ لَمْ يَكُنْ لَهُمْ جَمَاعَةٌ وَلَا إِمَامٌ؟ قَالَ: فَاعْتَزِلْ تِلْكَ الْفِرَقَ كُلَّهَا، وَلَوْ أَنْ تَعَضَّ بِأَصْلِ شَجَرَةٍ، حَتَّى يُدْرِكَكَ الْـمَوْتُ، وَأَنْتَ عَلَى ذَلِكَ.

Hudzaifah bin al-Yaman  berkata: Orang-orang sama bertanya kepada Rasulullah  tentang kebaikan, dan aku bertanya kepada beliau tentang keburukan, karena khawatir menjumpaiku. Aku berkata: Ya Rasulullah, dulu kami hidup dalam kejahiliahan dan keburukan, lalu Allah memberikan kebaikan kepada kami, apakah setelah kebaikan ini ada keburukan? Beliau bersabda: Ya! Aku berkata: Apakah setelah keburukan itu ada kebaikan? Beliau bersabda: Ya, tetapi ada dakhonnya. Aku berkata: Apa dakhonnya? Beliau menjawab: Kaum yang memberi petunjuk, tidak dengan petunjukku, kamu mengenal mereka dan mengingkarinya! Aku bertanya: Apakah setelah kebaikan itu akan ada keburukan? Beliau bersabda: Ya, yaitu orang-orang yang menyeru di pintu-pintu Jahannam, siapa saja orang yang menerima seruan mereka, maka mereka melemparkannya ke Jahannam! Aku berkata: Tunjukilah kami karakter mereka.” Lalu beliau bersabda: Kulit mereka sama dengan kulit kita, dan mereka juga berbicara dengan bahasa kita!” Aku berkata: Lalu apa yang engkau perintahkan kepadaku ketika keburukan itu menjumpaiku? Beliau bersabda: Kamu harus mengikuti Jama’ah Muslimin serta Imam mereka!Aku bertanya: Lalu apabila mereka tidak memiliki Jama’ah dan tidak pula memiliki Imam? Beliau bersabda: Tinggalkanlah semua firqah-firqah (kelompok yang menyeru ke pintu-pintu Jahannam) itu, meskipun kamu harus menggigit (memakan) akar pohon, sampai ajal menjemputmu dan kamu tetap seperti itu!

  1. H.R. Muslim dari Abu Hurairah

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ  عَنِ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ: إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى يَرْضَى لَكُمْ ثَلَاثًا، وَيَكْرَهُ لَكُمْ ثَلَاثًا، فَيَرْضَى لَكُمْ أَنْ تَعْبُدُوهُ، وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا، وَأَنْ تَعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا، وَيَكْرَهُ لَكُمْ قِيلَ وَقَالَ، وَكَثْرَةَ السُّؤَالِ، وَإِضَاعَةِ الْـمَالَ.

Dari Abu Hurairah  ia berkata, Rasulullah  bersabda, “Sesungguhnya Allah  ridha kepadamu dalam tiga perkara dan benci kepadamu dalam tiga perkara: Dia ridha kepadamu jika kamu beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukannya dengan sesuatu apapun, kamu berpegang teguh kepada tali Allah seraya berjama’ah dan kamu tidak berpecah belah. Dia benci jika kamu suka dengan “katanya dan katanya”, terlalu banyak bertanya dan menyia-nyiakan harta.”

  1. H.R. Muslim dari Jabir bin Abdullah

عَنْ جَابِرٍ   سَمِعْتُ النَّبِيَّ ﷺ يَقُوْلُ: إِنَّ الشَّيْطَانَ قَدْ أَيِسَ أَنْ يَعْبُدَهُ الْمُصَلُّونَ فِى جَزِيرَةِ الْعَرَبِ وَلَكِنْ فِى التَّحْرِيشِ بَيْنَهُمْ.

Dari Jabir , saya mendengar Nabi  bersabda, “Sesungguhnya setan telah putus asa untuk disembah (kaum muslimin) yang sholat di Jazirah Arab, akan tetapi dia belum putus asa untuk memecah belah di antara mereka.”

  1. H.R. Abu Dawud dan Nasa’i dari Ali bin Abi Thalib

عَنْ عَلِيٍّ  عَنِ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ: الـْمُسْلِمُونَ تَتَكَافَأُ دِمَاؤُهُمْ وَيَسْعَى بِذِمَّتِهِمْ أَدْنَاهُمْ وَيَرُدُّ عَلَيْهِمْ أَقْصَاهُمْ وَهُمْ يَدٌ عَلَى مَنْ سِوَاهُمْ.

Dari Ali , dari Nabi  bersabda, “Darah kaum muslimin itu setara, orang yang paling dekat menjaga kehormatannya dan yang paling jauh melindungi keamanannya. Mereka adalah satu kekuatan dalam menghadapi orang lain.”

  1. H.R. At-Tirmidzi dari Abdullah bin Umar

إِنَّ اللَّهَ لَا يَجْمَعُ أُمَّتِي – أَوْ قَالَ: أُمَّةَ مُحَمَّدٍ ﷺ – عَلَى ضَلَالَةٍ، وَيَدُ اللَّهِ مَعَ الْجَمَاعَةِ، وَمَنْ شَذَّ شَذَّ إِلَى النَّارِ.

Sesungguhnya Allah tidak akan mengumpulkan umatku -atau Beliau bersabda: umat Muhammad – di atas kesesatan, dan tangan Allah bersama jamaah, dan barang siapa yang menyempal maka dia menyempal menuju neraka.

  1. H.R. At-Tirmidzi dari Abdullah bin Umar

عَنْ ابْنِ عُمَرَ قَالَ خَطَبَنَا عُمَرُ بِالْجَابِيَةِ فِينَا فَقَالَ أُوصِيكُمْ بِأَصْحَابِي ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ يَفْشُو الْكَذِبُ حَتَّى يَحْلِفَ الرَّجُلُ وَلَا يُسْتَحْلَفُ وَيَشْهَدَ الشَّاهِدُ وَلَا يُسْتَشْهَدُ أَلَا لَا يَخْلُوَنَّ رَجُلٌ بِامْرَأَةٍ إِلَّا كَانَ ثَالِثَهُمَا الشَّيْطَانُ عَلَيْكُمْ بِالْجَمَاعَةِ وَإِيَّاكُمْ وَالْفُرْقَةَ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ مَعَ الْوَاحِدِ وَهُوَ مِنَ الْإِثْنَيْنِ أَبْعَدُ مَنْ أَرَادَ بُحْبُوحَةَ الْجَنَّةِ فَلْيَلْزَمِ الْجَمَاعَةَ.

“Dari Ibnu Umar  berkata, Umar  berkhutbah di Jabiyah beliau berkata. “Aku berwasiat kepada kalian dengan (melalui) para sahabat-sahabatku kemudian orang-orang setelah mereka & orang-orang yang datang lagi setelah mereka. Kemudian merajalelalah kedustaan. Hingga seseorang bersumpah tanpa ia diminta untuk bersumpah, kemudian seseorang memberi kesaksian padahal ia tak diminta untuk menjadi saksi. Sungguh, tidaklah seorang laki-laki berduaan dengan seorang wanita, kecuali pihak ketiganya adalah setan. Hendaklah kalian selalu bersama AlJama’ah. Dan janganlah kalian berpecah belah, karena setan itu selalu bersama dengan orang yang sendirian, sedangkan terhadap dua orang, ia lebih jauh. Barangsiapa yang menginginkan berada di tengah AlJannah, maka hendaklah ia komitmen untuk menetapi AlJama’ah.

  1. At-Tirmidzi dari Abu Darda

أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِأَفْضَلَ مِنْ دَرَجَةِ الصِّيَامِ وَالصَّلَاةِ وَالصَّدَقَةِ قَالُوا بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ إِصْلَاحُ ذَاتِ الْبَيْنِ وَفَسَادُ ذَاتِ الْبَيْنِ الْحَالِقَةُ.

“Maukah kalian saya beritahu suatu hal yang lebih utama daripada derajat puasa, shalat dan sedekah? Para sahabat menjawab: tentu ya Rasulallah. Lalu Nabi  bersabda: Hal tersebut adalah mendamaikan perselisihan, karena perselisihan itu mencukur

Dalam lafadz lain disebutkan, yang dimaksud “mencukur” adalah “Mencukur (membinasakan) agama.”

  1. H.R. Ahmad dari Anas bin Malik

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ  أَنَّ رَسُوْلَ اللَّهِ ﷺ قَالَ: ثَلَاثٌ لَا يُغِلُّ عَلَيْهِنَّ صَدْرُ مُسْلِمٍ إِخْلَاصُ الْعَمَلِ لِلَّهِ  وَمُنَاصَحَةُ أُولِي الْأَمْرِ وَلُزُومُ جَمَاعَةِ الْـمُسْلِمِينَ فَإِنَّ دَعْوَتَهُمْ تُحِيطُ مِنْ وَرَائِهِمْ.

“Ada tiga perkara yang menyebabkan hati seorang muslim tidak dirasuki sifat dengki, yaitu ikhlas beramal karena Allah, menasihati ulil amri, dan senantiasa ada dalam Jama’ah Muslimin. Karena dakwah akan menyelimuti dari belakang mereka.”

  1. H.R. Ahmad dari Al-Harits Al-Asy’ari

عَنِ الْحَارِثِ الْأَشْعَرِيِّ، أَنَّ نَبِيَّ اللَّهِ ﷺ قَالَ: “إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ، أَمَرَ يَحْيَى بْنَ زَكَرِيَّا، عَلَيْهِ السَّلَامُ، بِخَمْسِ كَلِمَاتٍ أَنْ يَعْمَلَ بِهِنَّ، وَأَنْ يَأْمُرَ بَنِي إِسْرَائِيلَ أَنْ يَعْمَلُوا بِهِنَّ، وَكَانَ يُبْطِئُ بِهَا، فَقَالَ لَهُ عِيسَى، عَلَيْهِ السَّلَامُ: إِنَّكَ قَدْ أُمِرْتَ بِخَمْسِ كَلِمَاتٍ أَنْ تَعْمَلَ بِهِنَّ وَتَأْمُرَ بَنِي إِسْرَائِيلَ أَنْ يَعْمَلُوا بِهِنَّ، فَإِمَّا أَنْ تُبْلِغَهُنَّ، وَإِمَّا أَنْ أُبْلِغَهُنَّ. فَقَالَ: يَا أَخِي، إِنِّي أَخْشَى إِنْ سَبَقْتَنِي أَنْ أُعَذَّبَ أَوْ يُخْسَفَ بِي”. قَالَ: “فَجَمَعَ يَحْيَى بْنُ زَكَرِيَّا بَنِي إِسْرَائِيلَ فِي بَيْتِ الْمَقْدِسِ، حَتَّى امْتَلَأَ الْمَسْجِدُ، فَقَعَدَ عَلَى الشَّرَفِ، فَحَمِدَ اللَّهَ وَأَثْنَى عَلَيْهِ، ثُمَّ قَالَ: إِنَّ اللَّهَ أَمَرَنِي بِخَمْسِ كَلِمَاتٍ أَنْ أَعْمَلَ بِهِنَّ، وَآمُرَكُمْ أَنْ تَعْمَلُوا بِهِنَّ، وَأَوَّلُهُنَّ: أَنْ تَعْبُدُوا اللَّهَ لَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا، فَإِنَّ مَثَلَ ذَلِكَ مَثَل رَجُلٍ اشْتَرَى عَبْدًا مِنْ خَالِصِ مَالِهِ بوَرِق أَوْ ذَهَبٍ، فَجَعَلَ يَعْمَلُ وَيُؤَدِّي غَلَّتَهُ إِلَى غَيْرِ سَيِّدِهِ فَأَيُّكُمْ يَسُرُّهُ أَنْ يَكُونَ عَبْدُهُ كَذَلِكَ؟ وَإِنَّ اللَّهَ خَلَقَكُمْ وَرَزَقَكُمْ فَاعْبُدُوهُ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَأَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ؛ فَإِنَّ اللَّهَ يَنْصِبُ وَجْهَهُ لِوَجْهِ عَبْدِهِ مَا لَمْ يَلْتَفِتْ، فَإِذَا صَلَّيْتُمْ فَلَا تَلْتَفِتُوا. وَأَمَرَكُمْ بِالصِّيَامِ، فَإِنَّ مَثَلَ ذَلِكَ كَمَثَلِ رَجُلٍ مَعَهُ صُرَّةً مِنْ مِسْكٍ فِي عِصَابَةٍ، كُلُّهُمْ يَجِدُ رِيحَ الْمِسْكِ. وَإِنَّ خُلُوفَ فَمِ الصَّائِمِ عِنْدَ اللَّهِ أَطْيَبُ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ. وَأَمَرَكُمْ بِالصَّدَقَةِ؛ فَإِنَّ مَثَلَ ذَلِكَ كَمَثَلِ رَجُلٍ أَسَرَهُ الْعَدُوُّ، فَشَدُّوا يَدَيْهِ إِلَى عُنُقِهِ، وَقَدَّمُوهُ لِيَضْرِبُوا عُنُقَهُ، فَقَالَ لَهُمْ: هَلْ لَكُمْ أَنْ أَفْتَدِيَ نَفْسِي؟ فَجَعَلَ يَفْتَدِي نَفْسَهُ مِنْهُمْ بِالْقَلِيلِ وَالْكَثِيرِ حَتَّى فَكَّ نَفْسَهُ. وَأَمَرَكُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ كَثِيرًا؛ وَإِنَّ مَثَلَ ذَلِكَ كَمَثَلِ رَجُلٍ طَلَبَهُ الْعَدُوُّ سِراعًا فِي أَثَرِهِ، فَأَتَى حِصْنًا حَصِينًا فَتَحَصَّنَ فِيهِ، وَإِنَّ الْعَبْدَ أَحْصَنُ مَا يَكُونُ مِنَ الشَّيْطَانِ إِذَا كَانَ فِي ذِكْرِ اللَّهِ”. قَالَ: وَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: “وَأَنَا آمُرُكُمْ بِخَمْسٍ اللَّهُ أَمَرَنِي بِهِنَّ: الْجَمَاعَةُ، وَالسَّمْعُ، وَالطَّاعَةُ، وَالْهِجْرَةُ، وَالْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ؛ فَإِنَّهُ مَنْ خَرَجَ مِنَ الْجَمَاعَةِ قِيْدَ شِبْرٍ فَقَدْ خَلَعَ رِبْقَةَ الْإِسْلَامِ مِنْ عُنُقِهِ، إِلَّا أَنْ يُرَاجِعَ وَمَنْ دَعَا بِدَعْوَى جَاهِلِيَّةٍ فَهُوَ مِنْ جِثِيِّ جَهَنَّمَ”. قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَإِنْ صَامَ وَصَلَّى؟ فَقَالَ: “وَإِنْ صَلَّى وَصَامَ وَزَعَمَ أَنَّهُ مُسْلِمٌ؛ فَادْعُوا الْمُسْلِمِينَ بِأَسْمَائِهِمْ عَلَى مَا سَمَّاهُمُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: الْمُسْلِمِينَ الْمُؤْمِنِينَ عِبَادَ اللَّهِ”

Dari Al-Haris Al-Asy’ari, bahwa Nabi  pernah bersabda, “Sesungguhnya Allah  memerintahkan kepada Yahya ibnu Zakaria  untuk mengamalkan lima kalimat dan memerintahkan kepada Bani Israil untuk mengamalkannya. Akan tetapi, hampir saja Yahya  terlambat mengamalkannya, lalu Isa  berkata kepadanya, ‘Sesungguhnya kamu telah diperintahkan untuk mengamalkan lima kalimat. Kamu pun memerintahkan kepada Bani Israil agar mereka mengamalkannya. Apakah kamu yang menyampaikan, atau diriku yang menyampaikannya?’ Yahya menjawab, ‘Hai Saudaraku, sesungguhnya aku merasa takut jika kamu yang menyampaikannya, nanti aku akan diazab atau dikutuk.’ Kemudian Yahya ibnu Zakaria mengumpulkan kaum Bani Israil di Baitul Muqaddas hingga masjid menjadi penuh oleh mereka. Yahya duduk di atas tempat yang tinggi, lalu memuji dan menyanjung Allah  Kemudian ia mengatakan, ‘Sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepadaku untuk mengamalkan lima kalimat. Dia memerintahkan pula kepada kalian agar mengamalkannya. Pertama, hendaklah kalian menyembah Allah dan janganlah kalian mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Karena sesungguhnya perumpamaan orang yang mempersekutukan Allah itu seperti keadaan seorang lelaki yang membeli seorang budak dengan uangnya sendiri secara murni, baik uang perak ataupun uang emas. Lalu si budak bekerja dan memberikan hasil penjualan jasanya itu kepada selain tuannya. Maka siapakah di antara kalian yang suka diperlakukan seperti demikian? Sesungguhnya Allah-lah yang menciptakan kalian dan yang memberi rezeki kalian. Maka sembahlah Dia oleh kalian dan jangan kalian mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Allah memerintahkan kalian untuk mengerjakan salat, karena sesungguhnya Zat Allah berada di hadapan hamba-Nya selagi si hamba (yang sedang salat itu) tidak menoleh. Karena itu, apabila kalian sedang salat, janganlah kalian menoleh. Allah telah memerintahkan kalian puasa, karena sesungguhnya perumpamaan puasa itu seperti keadaan seorang lelaki yang membawa sebotol minyak kesturi berada di tengah-tengah segolongan kaum, lalu mereka dapat mencium bau wangi minyak kesturinya. Sesungguhnya bau mulut orang yang sedang puasa lebih wangi di sisi Allah daripada minyak kesturi. Allah memerintahkan kalian untuk bersedekah, karena sesungguhnya perurnpamaan sedekah itu seperti seorang laki-laki yang ditawan musuh, dan mengikat kedua tangannya ke lehernya, lalu mengajukannya untuk menjalani hukuman pancung. Kemudian lelaki itu berkata, ‘Bolehkah aku menebus diriku dari kalian?’ Lalu lelaki itu menebus dirinya dengan semua miliknya, baik yang bernilai murah maupun yang bernilai mahal, hingga dirinya terbebas. Allah memerintahkan kalian untuk berzikir dengan banyak mengingat Allah, karena sesungguhnya perumpamaan hal ini seperti keadaan seorang lelaki yang dikejar-kejar musuh yang memburunya dengan cepat dari belakang. Kemudian lelaki itu sampai ke suatu benteng, lalu ia berlindung di dalam benteng itu (dari kejaran musuhnya). Sesungguhnya tempat yang paling kuat bagi seorang hamba untuk melindungi dirinya dari setan ialah bila ia selalu dalam keadaan berzikir mengingat Allah’.” Perawi melanjutkan kisahnya, bahwa Rasulullah  bersabda: Dan aku perintahkan kalian untuk mengerjakan lima perkara yang telah diperintahkan oleh Allah kepadaku, yaitu (menetapi) jamaah (persatuan), tunduk dan taat (kepada ulil amri), dan hijrah serta jihad di jalan Allah. Karena sesungguhnya barang siapa yang keluar dari jamaah dalam jarak satu jengkal, berarti dia telah menanggalkan ikalan Islam dari lehernya, kecuali jika ia bertobat. Barang siapa yang memanggil dengan memakai seruan Jahiliyah. maka ia dimasukkan ke dalam neraka Jahannam dalam keadaan berlutut. Mereka bertanya, “Wahai Rasulullah, sekalipun dia puasa dan salat?” Beliau  menjawab, “Sekalipun dia salat dan puasa, serta mengaku dirinya muslim. Maka panggillah orang-orang muslim dengan nama-namanya sesuai dengan nama yang telah diberikan oleh Allah buat mereka; orang-orang muslim dan orang-orang mukmin adalah hamba-hamba Allah.

  1. H.R. Ahmad dari Nu’man bin Basyir

عَنِ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيْرٍ  قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ ﷺ: اَلْجَمَاعَةُ رَحْمَةٌ وَ الْفُرْقَةُ عَذَابٌ.

Dari Nu’man bin Basyir  berkata, Rasulullah  bersabda, Berjama’ah adalah rahmat dan perpecahan adalah adzab”.

  1. H.R. At-Thabrani dari Ibnu Abbas

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ  قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: مَنْ عَمِلَ لِلَّهِ فِي الْجَمَاعَةِ فَأَصَابَ تَقَبَّلَ اللَّهُ مِنْهُ، وَإِنْ أَخْطَأَ غَفَرَ لَهُ، وَمَنْ عَمِلَ لِلَّهِ فِي الْفُرْقَةِ، فَإِنْ أَصَابَ لَمْ يَتَقَبَّلِ اللَّهُ مِنْهُ، وَإِنْ أَخْطَأَ تَبَوَّأَ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ.

“Dari Ibnu Abbas  berkata, Rasulullah  bersabda, “Barangsiapa beramal karena Allah di dalam jama’ah jika benar maka Allah akan menerimanya, dan jika salah maka Allah mengampuninya. Dan barangsiapa beramal dalam firqah kemudian benar maka tidak diterima dan jika salah maka dipersilahkan menempati tempat duduknya dalam neraka”.

Keterangan: Sebagian ulama menyatakan hadits ini dhaif. Sebagian ada yang menyatakan marfu’ dan sebagian lagi menyatakan munqathi’ (terputus sanadnya).

III. Pengertian Al-Jama’ah

Al-Jama’ah berasal dari bahasa Arab sebagai lawan dari kata “al-firqah”.

Secara bahasa Al-Jama’ah berarti kesatuan, berkumpul dan bersama, kesepakatan dan persetujuan.

Sedang secara istilah, Al-Jama’ah menurut Rasulullah  adalah:

مَا أَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَابِي (رواه الترمذي، حديث حسن)

“Orang yang mengikuti aku dan para sahabatku.” (H.R. At-Tirmidzi, hadits ini hasan)

Istilah lain yang identik dengan Al-Jama’ah adalah “As-Sawad Al-A’zham”, sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits:

إِنَّ أُمَّتِي لَا تَجْمَع عَلَى ضَلَالَةِ فَإِذَا رَأَيْتُمْ إِخْتِلَافًا فَعَلَيْكُمْ بِالسَّوَادِ الْأَعْظَمِ (رواه ابن ماجه)

“Sesungguhnya umatku tidak akan berkumpul dalam kesesatan. Maka jika kalian melihat perselisihan, berpeganglah kepada As-Sawad Al-A’zham.” (H.R. Ibnu Majah)

Muhammad Fuad Abdul Baqi dalam Ta’liq Sunan Ibnu Majah menyatakan:

فِي الزَّوَائِدِ: فِى إِسْنَادِهِ أَبُوْ خَلَفَ الْأَعْمَى وَاسْمُهُ حَازِمُ بْنُ عَطَاءٍ وَهُوَ ضَعِيْفٌ. وَقَدْ جَاءَ الْحَدِيْثُ بِطَرِيْقٍ فِى كُلِّهَا نَظَرُ قَالَهُ شَيْخُنَا الْعِرَاقِى فِى تَحْرِيْجِ أَحَادِيْثِ البَيْضَاوِى.

“Disebutkan dalam kitab Az-Zawaid: Dalam hadits ini ada seorang yang bernama Abu Khalaf Al-A’ma, nama aslinya Hazim bin Atha’, dia itu dlaif. Hadis ini diriwayatkan dengan berbagai jalan tapi seluruhnya “ada nadlar”. Hal ini dikatakan oleh guru kami Al-Iraqi dalam takhrij hadis Al-Baidlawi.”

“Fihi nadlar” adalah istilah yang dipergunakan oleh kritikus hadis khususnya Imam Al-Bukhari dalam menilai seseorang yang kredibilitasnya sangat buruk.

Menurut Syaikh Nasiruddin Al-Albani hadis ini hasan.

Terlepas dari kedudukan hadis ini yang masih diperselisihkan ulama, pengertian “sawad al-a’zham” bukan dalam pengertian bahasa yaitu sekumpulan manusia yang banyak (mayoritas manusia) tetapi yang dimaksud dengan “sawad al-a’zham” adalah pengikut kebenaran, sesuai dengan riwayat lain.

إِنَّ أُمَّتِى لَا تَجْمَعُ عَلَى ضَلَالَةِ فَإِذَا رَأَيْتُمْ الْإِخْتِلَافَ فَعَلَيْكُمْ بِالسَّوَادِ الْأَعْظَامِ يَعْنِى الْحَقُّ وَأَهْلُهُ (رواه إبن ماجه)

“Sesungguhnya umatku tidak akan berkumpul dalam kesesatan. Maka jika kalian melihat perselisihan, berpeganglah pada sawad al-a’zham yaitu al-haq dan pengikutnya.” (H.R. Ibnu Majah)

Imam Ahmad meriwayatkan bahwa Abu Umamah Al-Bahili  berkata, “Berpeganglah pada As-Sawad Al-A’zham.” Lalu ada orang bertanya, “Apa As-Sawad Al-A’zham itu?” Maka Abu Umamah membaca:

قُلْ أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ ۖ فَإِن تَوَلَّوْا فَإِنَّمَا عَلَيْهِ مَا حُمِّلَ وَعَلَيْكُم مَّا حُمِّلْتُمْ ۖ وَإِن تُطِيعُوهُ تَهْتَدُوا ۚ وَمَا عَلَى الرَّسُولِ إِلَّا الْبَلَاغُ الْمُبِينُ. (النور [٢٤]: ٥٤)

Katakanlah, “Taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul; jika kamu berpaling, maka sesungguhnya kewajiban Rasul (Muhammad) itu hanyalah apa yang dibebankan kepadanya, dan kewajiban kamu hanyalah apa yang dibebankan kepadamu. Jika kamu taat kepadanya, niscaya kamu mendapat petunjuk. Kewajiban Rasul hanyalah menyampaikan (amanat Allah) dengan jelas.”

Dengan jawaban ini Abu Umamah Al-Bahili  mengisyaratkan bahwa “As-Sawad Al-A’zham” adalah orang taat kepada Allah  dan Rasul-Nya.

Sufyan Ats-Tsauri berkata, Yang dikehendaki dengan As-Sawad Al-A’zham adalah mereka yang mengikuti sunnah dan Al-Jama’ah.”

Dengan demikian pengertian “As-Sawad Al-A’zham” tidak berkorelasi dengan jumlah orang (kuantitas) tetapi berkorelasi dengan ketaatan kepada Allah  dan Rasul-Nya. Karena Al-Haq (kebenaran) itu tidak selalu berkorelasi dengan jumlah banyak.

Di dalam Al-Qur’an terdapat lebih dari 70 kata “aktsar” (kebanyakan) hampir semuanya berhubungan dengan prilaku negatif manusia. Surat yang paling banyak menyebut kata “aktsar” adalah surat Asy-Syu’araa [26], di mana kata “aktsar” disebut 9 kali dan semuanya berhubungan dengan hal yang negatif, yaitu:

إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَةً ۖ وَمَا كَانَ أَكْثَرُهُم مُّؤْمِنِينَ.

Sungguh, pada yang demikian itu terdapat tanda (kebesaran Allah), tetapi kebanyakan mereka tidak beriman. (Q.S. Asy-Syu’araa [26]: 8)

Kalimat disebut dalam sembilan ayat. Sedang satu ayat lagi berbunyi:

يُلْقُونَ السَّمْعَ وَأَكْثَرُهُمْ كَاذِبُونَ.

“Mereka menyampaikan hasil pendengaran mereka, sedangkan kebanyakan mereka orang-orang pendusta.” (Q.S. Asy-Syu’araa [26]: 223)

Ishak bin Rahawaih, guru Imam Al-Bukhari berkata: “Jika engkau tanya kepada orang bodoh tentang “As-Sawad Al-A’zham” niscaya mereka akan menjawab, “Kebanyakan manusia (mayoritas). Mereka tidak mengerti bahwa Al-Jama’ah (dapat saja hanya) seorang alim yang memegang teguh sunnah Nabi  dan orang yang bersamanya dan mengikutinya.”

Abdullah bin Mas’ud  ketika menjelaskan pengertian Al-Jama’ah berkata,

الْجَمَاعَةُ مَا وَافَقَ الْحَقُّ وَلَوْ كُنْتَ وَحْدَكَ.

“Al-Jama’ah adalah yang sesuai dengan kebenaran walaupun engkau sendirian.”

Hasan Al-Bashri berkata:

يَا أَهْلَ السُّنَّةِ تَرفَّقوا –رَحِكُمُ اللَّهُ– فَإِنَّكُمْ مِنْ أَقَلِّ النَّاسِ.

“Hai pengikut sunnah, berkawanlah dengan erat semoga Allah mengasihimu–, karena sesungguhnya kalian adalah manusia paling sedikit.”

I. Al-Jama’ah dan Ikhtilaf (Perbedaan) Pendapat Ar-Raghib Al-Ashfihani mendefinisikan ikhtilaf yaitu:

أَنْ يَأْخُذَ كُلُّ وَاحِدٍ طَرِيْقًا غَيْرَ طَرِيْقِ الْأٰخَرِ  فِى حَالِهِ أَوْ قَوْلِهِ.

“Seorang mengambil jalan / cara yang berbeda dengan jalan lainnya baik dalam keadaannya atau perkataannya.”

Perbedaan akan meningkat menjadi pertentangan ketika satu sama lainnya berusaha mempertahankan pendapatnya. Yang demikian disebut tawazun atau mujadalah.

Ikhtilaf ini berbeda dengan tafarruq karena tafarruq akan mengakibatkan dampak buruk berupa الفلق (terpecah belah), الإنشقاق (permusuhan), dan الإنفصال (terpisah-pisah). Sedang dan ikhtilaf tidak selamanya membawa dampak buruk. Oleh karena itu ikhtilaf yang ada pada manusia dapat dikategorikan kepada 3 hal.

  1. Ikhtilaf Yang Merupakan Kelaziman

Allah  berfirman:

وَمِنْ آيَاتِهِ خَلْقُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافُ أَلْسِنَتِكُمْ وَأَلْوَانِكُمْ ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِّلْعَالِمِينَ.

“Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah penciptaan langit dan bumi, perbedaan bahasamu dan warna kulitmu. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui.” (Q.S. Ar-Rum [30]: 22)

Perbedaan ini merupakan perbedaan yang bersifat variatif, bukan perbedaan pertentangan. Perbedaan variatif ini merupakan sumber “kekayaan” bahkan menjadi salah satu tanda kebesaran Allah . Usaha menghapuskan perbedaan ini akan sia-sia dan bertentangan dengan fitrah yang dititipkan oleh Allah  kepada manusia.

  1. Ikhtilaf Yang Dilarang

Firman Allah :

وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ تَفَرَّقُوا وَاخْتَلَفُوا مِن بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْبَيِّنَاتُ ۚ وَأُولَٰئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ.

Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang bercerai berai dan berselisih setelah sampai kepada mereka keterangan yang jelas. Dan Mereka itulah orang-orang yang mendapat azab yang berat,(Q.S. Ali Imran [3]: 105)

Berdasarkan ayat ini maka ikhtilaf yang dilarang adalah ikhtilaf seperti orang Yahudi dan Nasrani yang memiliki dua ciri, yaitu:

a. Ikhtilaf (perbedaan) yang bermotivasikan pembangkangan, kedengkian dan mengikuti hawa nafsu.

Allah  berfirman:

إِنَّ الدِّينَ عِندَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ ۗ وَمَا اخْتَلَفَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ إِلَّا مِن بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ ۗ وَمَن يَكْفُرْ بِآيَاتِ اللَّهِ فَإِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ.

Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam. Tidaklah berselisih orang-orang yang telah diberi Kitab kecuali setelah mereka memperoleh ilmu, karena kedengkian di antara mereka. Barangsiapa ingkar terhadap ayat-ayat Allah, maka sungguh, Allah sangat cepat perhitungan-Nya.(Q.S. Ali Imran [3]: 19)

b. Ikhtilaf (perbedaan) yang mengakibatkan perpecahan dan permusuhan umat.

Allah  berfirman:

ذَٰلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ نَزَّلَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ ۗ وَإِنَّ الَّذِينَ اخْتَلَفُوا فِي الْكِتَابِ لَفِي شِقَاقٍ بَعِيدٍ.

Yang demikian itu karena Allah telah menurunkan Kitab (Al-Qur’an) dengan (membawa) kebenaran, dan sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (kebenaran) Kitab itu, mereka dalam perpecahan yang jauh.(Q.S. Al-Baqarah [2]: 176)

  1. Ikhtilaf Yang Diperbolehkan

Allah  berfirman:

وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ لَجَعَلَ النَّاسَ أُمَّةً وَاحِدَةً ۖ وَلَا يَزَالُونَ مُخْتَلِفِينَ. إِلَّا مَن رَّحِمَ رَبُّكَ ۚ وَلِذَٰلِكَ خَلَقَهُمْ ۗ وَتَمَّتْ كَلِمَةُ رَبِّكَ لَأَمْلَأَنَّ جَهَنَّمَ مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ.

Dan jika Tuhanmu menghendaki, tentu Dia jadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih (pendapat), kecuali orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu. Dan untuk itulah Allah menciptakan mereka. Kalimat (keputusan) Tuhanmu telah tetap, “Aku pasti akan memenuhi neraka Jahanam dengan jin dan manusia (yang durhaka) semuanya.” (Q.S. Hud [11]: 118-119)

Ada beberapa pandangan ulama dalam menafsirkan ayat ini.

Menurut Atha’, yang dimaksud “orang yang selalu berselisih” adalah orang Yahudi, Nasrani, dan Majusi. Sedang “orang yang mendapat rahmat” adalah orang yang selalu cenderung kepada kebenaran.

Menurut Qatadah, “orang yang mendapat rahmat” adalah orang yang berada dalam Al-Jama’ah sekalipun tempat tinggal dan kebangsaan mereka berbeda-beda. Dan orang yang ingin bermaksiat adalah orang yang berpecah-belah, sekalipun tempat tinggal dan kebangsaan mereka sama.

Ibnu Abbas  ketika menafsirkan kalimat “Dan untuk itulah Allah menciptakan mereka”, berkata:

لِلرَّحْمَةِ خَلَقَهُمْ وَلَمْ يَخْلُقْهُمْ لِلْعَذَابِ.

“Allah menciptakan mereka untuk dirahmati bukan untuk disiksa.”

Thawas juga berkata, “Allah menciptakan mereka tidak untuk berselisih tetapi berjama’ah dan dirahmati.”

Sementara itu Hasan Al-Bashri berkata dalam salah satu riwayatnya, “Allah menciptakan manusia untuk berbeda-beda.”

Al-Qasyani juga berkata, “Untuk berbeda pikiran itulah mereka diciptakan oleh Allah . Supaya mereka semuanya bersedia terus menghadapi suatu soal dan bekerja. Dipilihnya sendiri pekerjaan dan usaha sesuai dengan bakatnya.”

Menurut Jalaluddin Muhammad Al-Mahally dan Jalaluddin Abdurrah-man As-Suyuthi, “Allah menciptakan manusia ada yang senang berselisih dan ada yang diberi rahmat sehingga mereka tidak berselisih dalam agama.”

Asy-Syatibi menjelaskan, “Ayat ini menegaskan bahwa Ahlul Ikhtilaf (orang yang berselisih) yang disebutkan itu merupakan lawan ahlul rahmah (orang yang mendapat rahmat). Ayat ini menyebutkan adanya dua golongan yaitu ahlul ikhtilaf dan ahlur rahmat.” Firman Allah :

“Mereka selalu berselisih pendapat kecuali orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu,” menunjukkan adanya dua golongan: orang yang berselisih (ahl  ikhtilaf) dan orang-orang yang mendapat rahmat (ahl rahmat). Pembagian ini lahirnya menunjukkan ahl rahmat tidak termasuk ahl ikhtilaf artinya orang yang berselisih adalah orang yang tidak mendapat rahmat.

Namun realitanya perselisihan selalu terjadi, bahkan di kalangan orang-orang yang dapat dipastikan telah mendapat rahmat yaitu para sahabat dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik.

Mereka ini tetap termasuk ahli rahmat karena yang mereka perselisihkan adalah masalah ijtihadiah dan para ulama salafus salih menjadikan perbedaan dalam masalah-masalah furu’ sebagai salah satu bentuk rahmat. Jika perbedaan ini termasuk rahmat maka tidak mungkin orang yang berselisih pendapat itu keluar dari golongan ahlur rahmat.

Di antara pendapat sahabat yang digambarkan oleh Al-Qur’an adalah perselisihan mereka tentang tawanan perang Badar. Ketika Rasulullah  meminta pendapat mereka, hampir semua sahabat, termasuk Abu Bakar  menyetujui pembebasan tawanan dengan tebusan. Pertim-bangan mereka adalah: Pertama, menunjukkan rasa belas kasihan kepada para tawanan dengan harapan mereka akan masuk Islam. Kedua, sebagai ganti dari harta kaum Muhajirin yang tertinggal di Makkah dengan harapan akan dapat membantu memperbaiki kondisi ekonomi mereka di Madinah.

Sementara itu Umar bin Khaththab  mengusulkan supaya para tawanan dibunuh saja karena mereka adalah tokoh dan gembong kekafiran.

Rasulullah  cenderung kepada pendapat mayoritas sahabat dengan mengambil tebusan karena belas kasihan kepada para tawanan. Akhirnya pendapat ini dilaksanakan oleh Rasulullah . Tetapi kemudian turun ayat Al-Qur’an menegur kebijakan beliau dan membenarkan pendapat Umar serta memaafkan kebijakan beliau tersebut. Allah  berfirman:

مَا كَانَ لِنَبِيٍّ أَن يَكُونَ لَهُ أَسْرَىٰ حَتَّىٰ يُثْخِنَ فِي الْأَرْضِ ۚ تُرِيدُونَ عَرَضَ الدُّنْيَا وَاللَّهُ يُرِيدُ الْآخِرَةَ ۗ وَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ. لَّوْلَا كِتَابٌ مِّنَ اللَّهِ سَبَقَ لَمَسَّكُمْ فِيمَا أَخَذْتُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ.

Tidaklah pantas, bagi seorang nabi mempunyai tawanan sebelum dia dapat melumpuhkan musuhnya di bumi. Kamu menghendaki harta benda duniawi sedangkan Allah menghendaki (pahala) akhirat (untukmu). Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana. Sekiranya tidak ada ketetapan terdahulu dari Allah, niscaya kamu ditimpa siksaan yang besar karena (tebusan) yang kamu ambil.” (Q.S. Al-Anfal [8]: 67-68)

Setelah Rasulullah  wafat, para sahabat juga berbeda pendapat dalam beberapa hal seperti tentang kematian beliau, di mana beliau dikuburkan, siapa pengganti (khalifah) beliau dalam memimpin umat dan sebagainya. Tetapi semua perselisihan itu dapat terselesaikan baik sehingga kesatuan umat tetap utuh.

Umar bin Abdul Aziz berkata, “Aku tidak suka jika para sahabat Muhammad  tidak berselisih pendapat. Sebab jika mereka satu dalam pendapat, niscaya manusia akan mengalami kesulitan. Mereka adalah para tokoh terkemuka yang patut diteladani. Jika seseorang mengikuti pendapat salah seorang dari mereka berarti dia mengikuti sunnah.”

Perbedaan pendapat dalam masalah furu’ ini terus terjadi pada generasi terbaik selanjutnya tanpa menimbulkan perpecahan umat. Ketika Harun Ar-Rasyid meminta izin kepada Imam Malik menggantungkan kitab Al-Muwaththa’ di Ka’bah dan memaksa rakyat mengikuti isinya, Imam Malik berkata, “Jangan engkau lakukan itu karena para sahabat Rasulullah  saja berselisih dalam masalah furu’ lagi pula mereka telah berpencar ke berbagai negeri.” Harun Ar-Rasyid berkomentar, “Semoga Allah  memberikan taufiq kepadamu wahai Abu Abdullah.”

وَاللَّهُ أَعْلَمُ بِالصَّوَّابِ

* Makalah ini disampaikan Imaamul Muslimin, KH. Drs. Yakhsyallah Mansur, M.A. pada Tabligh Akbar Jama’ah Muslimin (Hizbullah) Wilayah Jabodetabek di Masjid Agung Baing Yusuf Purwakarta, Jawa Barat, Ahad 18 Muharram 1439 H/8 Oktober 2017 M.

Mungkin Anda juga menyukai